01 Februari 2009

WAKTU SHALAT DALAM SYARI’AT ISLAM

Oleh : Candra Boy Seroza
A. Dasar Hukum Waktu Shalat

Dasar hukum waktu shalat yang difardhukan ditegaskan dalam surat an-Nisa’ ayat 103 :
إن الصلاة كانت على المؤ منين كتابا موقوتا.(النسآء:103)
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

Al-Quran juga mengisyaratkan adanya waktu shalat zhuhur, ‘ashar. Maghrib, ‘isya, dan subuh, sebagaimana dalam surat Hud ayat 114 :
وأقم الصلاة طرف النهار وزلفا من الليل إن الحسنات يذهبن السيئات ذلك ذكرى للذاكرين.(هود:114)
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan dari pada malam. Sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”

Dan surat Thoha ayat 130 :
فاصبر على ما يقولون وسبح بحمد ربك قبل طلوع الشمس وقبل غروبها ومن اناء الليل فسبح واطراف النهار لعلك ترضى. (طه:130)
“Mka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya. Dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di siang hari supaya kamu merasa senang”.

Penjelasan lebih rinci disebutkan dalam Sabda Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh Ahmad, an-Nasa’i, dan at-Turmizi dari Jabir ibn Abdullah, berkata :
عن جابير بن عبد الله رضي الله عنه قال : أن النبي صلى الله عليه وسلم جاءه جبريل عليه السلام فقال له : قم فصله، فصلى الظهر حتى زالت الشمس، ثم جاءه العصر فقال: قم فصله، فصلى العصر حين صار ظل كل شيئ مثله، ثم جاءه المغرب فقال: قم فصله، فصلى المغرب حين وجبت الشمس، ثم جاءه العشاء فقال: قم فصله، فصلى العشاء حين غاب الشفق ثم جاءه الفجر فقال: قم فصله، فصلى الفجر حين برق الفجر أو قال سطح الفجر. ثم جاءه من الغد للظهر فقال: قم فصله، فصلى الظهر حين صار ظل كل شيئ مثله، ثم جاءه العصر فقال: قم فصله، فصلى العصر حين صار ظل كل شيئ مثليه، ثم جاءه المغرب وقتا واحدا لم يزل عنه ثم جاءه العشاء حين ذهب نصف الليل أو قال ثلث الليل، فصلى العشاء ، ثم جاءه حين سفر جدا فقال: قم فصله، فصلى الفجر، ثم قال ما بين هذين الوقتين وقت. (رواه أحمد و النسائ و الترمذي بنحوه)
“(Hadis diriwayatkan) dari Jabir bin Abdullah r.a berkata : Telah datang kepada Nabi Muhammad Saw. Jibril a.s lalu berkata kepadanya : bangunlah! lalu shalatlah, kemudian Nabi shalat zuhur dikala matahari tergelincir. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu Ashar, lalu berkata : bangunlah! Lalu shalatlah, kemudian Nabi shalat Ashar di kala bayang-bayang sesuatu sama dengannya. Lalu ia datang lagi kepadanya diwaktu Maghrib lalu berkata: bangunlah! dan shalatlah, kemudian Nabi shalat Maghrib di saat matahari terbenam. Kemudian ia datang lagi di waktu ‘Isya lalu berkata: bangunlah! dan shalatlah, kemudian Nabi shalat ‘Isya di kala mega merah telah terbenam. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu fajar lalu berkata, bangunlah! dan shalatlah, kemudian Nabi shalat Subuh di kala fajar menyingsing, atau ia berkata di waktu fajar bersinar.
Kemudian ia datang pula esok harinya pada waktu Zuhur, kemudian berkata kepadanya: bangunlah! lalu shalatlah, kemudian Nabi shalat Zuhur di kala bayang-bayang sesuatu sama dengan panjangnya, kemudian datang lagi kepadanya di waktu Ashar dan berkata, bangunlah! dan shalatlah, kemduian Nabi shalat Ashar di kala bayang-bayang sesuatu duakali sesuatu itu. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu Maghrib lalu berkata: bangunlah! dan shalatlah, kemudian Nabi shalat Maghrib dalam waktu yang sama, tidak bergeser dengan waktu yang sudah. Kemudian ia datang lagi kepadanya waktu Isya di kala telah separo malam, atau ia berkata telah hilang sepertiga malam, kemudian Nabi shalat isya. Kemudian ia datang lagi kepadanya di kala telah bercahaya benar, kemudian ia berkata: bangunlah! dan shalatlah, kemudian Nabi shalat fajar. Kemudian Jibril berkata: “Saat di antara dua waktu itu adalah waktu shalat”.

Berdasarkan hadis di atas dapat disimpulkan, bahwa :
1. Waktu Zuhur :
Dimulai sejak matahari tergelincir, yaitu sesaat setelah matahari mencapai titik kulminasi atasdalam peredaran hariannya, sampai tibanya waktu Ashar.
2. Waktu Ashar
Dimulai saat panjang bayang-bayang suatu benda sama dengan bayang-bayang saat matahari berkulminasi, sampai tibanya waktu Maghrib.
3. Waktu Maghrib
Dimulai sejak terbenam matahari sampai tibanya waktu Isya.
4. Waktu Isya
Dimulai sejak hilangnya mega merah sampai separuh malam. Ada juga yang berpendapat akhir shalat isya sampai terbit fajar.
5. Waktu Subuh
Dimulai dari terbit fajar sampai terbit matahari.

Dengan demikian, awal dan akhir waktu shalat ditentukan oleh posisi matahari di lihat dari suatu tempat di bumi.

B. Langkah-langkah menghisab waktu shalat :

1. Mencari data yang diperlukan :
a. Lintang tempat (p, f)
b. Bujur tempat ()
c. Deklinasi matahari (d,d)
d. Prata waktu atau equation of time (e)
e. Tinggi matahari (h)
f. Koreksi Waktu Daerah (KWD)
g. Saat matahari berkulminasi (12 – e)

2. Mencari sudut waktu (t) matahari dengan bantuan rumus :

Cos t = - tan p . tan d + sin h / cos p/ cos d

3. Mengubah satuan derajat (t) menjadi jam, dengan cara dikalikan 4 menit atau dibagi 15 derajat.
4. Menambahkan (t) dalam satuan jam kepada saat matahari berkulminasi. Inilah awal dan akhir waktu shalat dalam waktu pertengahan setempat (LMT).
5. Mengubah hasil nomor 4 menjadi waktu daerah (WIB, WITA dan WIT) dengan memperhatikan selisih bujur tempat dengan bujur standar (WIB 105, WITA 120, dan WIT 135) dibagi 15.
Rumus : (Bujur tempat-bujur standar)/15.
6. Memberikan nilai ihtiyati kepada hasil nomor 5. Hasil nomor 6 merupakan awal dan akhir waktu shalat untuk daearah yang dicari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERANDA